Sunday, August 14, 2022

Jalanan Menuju Senja


                                                                                                                                                                               Ini jalan desa yang sering aku lewati untuk menuju tempatku biasa menikmati senja. lihatlah di ujung sana warna jingganya terlihat indah sekali bahkan dilihat dari celah pepohonan yang ada di sekitarnya. 
sering kukayuh sepedaku secara perlahan menuju senja yang selalu kurindukan. aku beruntung senja kala itu terlihat bagus sekali. sempurna. aku bisa mengabadikan dengan baik. bahkan seseorang berani memujiku aku mulai pintar membidik senja. 
aku sudah menuliskan tentang senja ini sebelumnya sehingga aku hanya berfokus pada jalanannya saja. 
jalan yang kadang terjal kulalui namun tetap saja aku tak menyerah.
terkadang mulus yang membuatku semakin semangat dan tak sabar memeluk senja dari dekat lagi. 
komposisi jalanan yang sempurna saat kubidik. bahkan rerumputan terpantul cahaya jingga sehingga terlihat lebih eksotik. 
Lain kali akan kuceritakan senja dengan tempat yang sama namun auranya berbeda. 

 

Wednesday, August 3, 2022

Sepenggal Cerpen Senja

 


Aku menyusuri sebuah koridor panjang. ketika tepat di depan sebuah pintu, mataku membentur pemandangan yang pilu. Lelaki teduh itu sedang merangkul bahu perempuan cantik, dengan rambut tergerai sebahu lebih. Mereka menatapku dengan senyum.

Hatiku kian getir, sambil melambai tangan aku melempar senyum. Senyum kecut yang aku tahan setengah mati agar tak tertangkap kecewaku. Perempuan itu, sepertinya kukenal sekali. Yah, dia sahabatku yang mirip penyanyi jebolan kompetisi pencari bakat instan.

Aku menyeret langkah menuju ruangan atas. Kamar mungil yang sangat nyaman. Aku tak sanggup menangis, tapi aku merindukan sesuatu yang membuncah hati. Menaiki tangga dengan tergesa. Melempar tas sembarangan di atas ranjang dan bergegas menuju balkon.

Aku menatapnya tanpa suara.Namun bergemuruh di relung hatiku. Melenyapkan kejadian yang baru aku lihat di bawah tadi. Angin sore menerpa wajahku perlahan. memainkan ujung jilbab yang masih membebat kepalaku. Bola raksasa yang berpijar itu perlahan di makan cakrawala. Menyisakan bias memukau mataku. Lirih bibirku berseru..

"Aku rindu kamu dan senja kita, cinta..."

 

Bunyi Alarm memekak telinga tepat di sampingku. Kabut dan embun telah menyambut sempurna.Saatnya luruh dalam sujud di hamparan sajadah-Nya