Thursday, September 21, 2023

Cinta untuk Senja


 Udara berembus dari celah jendela menerpa wajahku. Aku baru saja mematikan dan menutup laptopku tepat bunyi alarm menunjukkan pukul tujuh pagi. Pikiranku terasa penat usai menyelesaikan tulisan yang sudah melewati deadline. Sebuah kebiasaan yang tidak baik namun masih sulit kuatasi. Seringkali suasana hati semangat menulis saat dikejar deadline seperti kali ini. 

Seminggu sudah aku hanya berada di rumah. Berkutat dengan laptop atau ponsel saat bosan melanda. Aku suka berada di rumah namun ada saatnya perlu menghirup udara segar sesekali. 

Aku berpikir sejenak, akan kemanakah hari ini? Sepertinya aku butuh keluar rumah. Aku mengambil ponselku dan menghubungi sahabatku. 

" Re, jalan yuk!"  Sent. 

Aku menunggu balasannya sambil membereskan laptopku untuk disimpan di lemari. 

" Jam segini jalan kemana? Mendadak banget sih, Ran?"  balasnya memprotes. 

" Ke pantai atau danau, gimana? Aku jemput kamu dua puluh menit lagi ya "? Ujarku tanpa meminta persetujuannya. 

Aku bergegas menuju kamar mandi, membersihkan diri dan sedikit berias agar tak terlihat pucat. Menyiapkan barang yang perlu kubawa, ponsel, kabel charger, dompet dan power bank. Aku meraih kunci mobil dan menuju rumah Rere. 

Dia orang yang selalu ada ketika aku butuh ditemani. Jalannya cukup lengang sehingga aku melajukan mobilku tanpa hambatan. 

Aku sampai di depan rumah Rere dengan halaman yang luas dan sejuk. 

Dia menyambutku dengan muka sedikit cemberut dan memelukku hangat.

" Kamu tuh ya, selalu serba dadakan. Untung saja aku belum punya janji dengan siapapun termasuk Anton." Ujarnya sambil mengajakku masuk. Aku hanya melemparkan senyum memohon. Anton? Ah, lelaki yang Rere cintai sepenuh hati walau sering membuat hatinya luka. Cinta bisa mengalahkan logika. Aku seperti bergumam pada diriku sendiri. 

Apakabar lelaki yang sudah menggoyahkan benteng pertahananmu selama ini, Ran? 

Syam, lelaki bermata teduh yang berhasil membawa pergi seluruh hatinya namun jauh dari jangkauannya saat ini.

" Danau atau pantai, Ran"? Pertanyaan Rere membuyarkan anganku tentang Syam. 

" Pantai!" Sahutku cepat. 

Kali ini aku meminta Rere yang memegang kendali setir mobilnya. Dia lebih mahir jalanan menuju pantai yang kuinginkan. 



No comments:

Post a Comment